Inspirasi

Otak dan Hati

Otak memiliki tabiat yang dingin. Kemudian diperselisihkan mengenai hikmah di balik itu. Sebagian orang mengatakan bahwa otak sengaja dibuat dingin agar dapat mendinginkan panas yang ada dalam hati dan
mengembalikannya apabila terlewat kepada batasnya. Pendapat ini dibantah oleh sebagian lainnya, mereka berkata : jika demikian halnya, seharusnya otak tidak boleh diletakkan jauh dari hati, bahkan seharusnya otak membungkus hati sebagaimana halnya paru-paru, atau minimal dekat dengannya di dalam dada agar dapat menurunkan panasnya
hati.

Namun pernyataan ini dibantah lagi oleh golongan yang pertama, mereka berkata : jauhnya otak dari hati tidaklah meniadakan hikmah yang telah kami sebutkan tadi. Sebab, sekiranya otak diletakkan dekat dengan hati, tentu kekuatan panas yang dikeluarkan oleh hati akan mendominasi otak. Oleh karena itu, letak keduanya sengaja dibuat berjauhan agar tidak saling merusak, dan keduanya bisa saling menyelaraskan dengan tabiatnya masing-masing. Berbeda dengan
paru-paru yang memang dibuat khusus untuk mendinginkan hati bukan untuk meredam panasnya hati.

Sementara itu, kelompok yang lainnya memilih jalan tengah, mereka berkata : sebenarnya otak itu panas, akan
tetapi ia memiliki tabiat yang tenang. Di dalam otak ada pendingin khusus. Sebab otak merupakan alat berpikir, dan alat berpikir ini butuh tempat yang tenang, tentram, bersih dari kotoran dan najis, jauh dari kebisingan dan hiruk-pikuk. Oleh sebab itu pula, kejituan berpikir, mengingat dan menelurkan ide-ide yang benar hanya dapat diperoleh
dengan ketenangan badan, ketenangan tindakan dan sedikitnya kebisingan dan kegaduhan. Tugas ini tidak mungkin dilakukan oleh hati. Sementara otak sangat tepat untuk mengembannya.

Oleh sebab itu, ide-ide cemerlang biasanya dapat ditemukan pada malam hari atau di tempat-tempat sepi. Dan ide itu akan rusak saat api syahwat dan kemarahan membara atau pada saat kesedihan yang sangat mendalam, keletihan karena aktifitas badan dan pikiran yang berat.

Pembahasan ini tentu berkaitan dengan pembahasan lain, yaitu pembahasan tentang apakah panca indera dan akal bersumber dari hati dan otak? Sebagian orang mengatakan bahwa semua aktifitas pusatnya adalah hati dan akan selau terkait dengannya. Antara hati dan panca indera terdapat beberapa celah dan jalur. Setiap anggota panca indera pasti memiliki hubungan langsung dengan hati, baik dihubungkan dengan syaraf atau dengan yang lainnya. Urat syaraf ini keluar berhilir dari hati dan bermuara kepada seluruh tubuh, termasuk diantaranya panca indera tersebut.
Mereka berkata : apabila mata melihat sesuatu maka ia akan mengirim pesan tersebut melalui urat syaraf ke
hati, sebab urat syaraf ini berhubungan langsung dengan hati. Demikian pula halnya alat panca indera yang lainnya. Kemudian yang menjadi pertanyaan, apa sebabnya setiap anggota tubuh yang memiliki karakter yang berbeda harus dibantu dengan beberapa alat panca indera yang beraneka ragam, sementara karakter panca indera itu sendiri berbeda?
Kekuatannya juga berbeda satu sama lainnya. Mereka memberi jawaban bahwa seluruh urat syaraf yang berada di dalam badan pasti berhubungan dengan hati, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mereka
mengatakan bahwa dari hati tersebut dialirkan melalui urat syaraf dan aliran darah kekuatan kepada mata untuk mempergunakan alat penglihatan, kepada telinga untuk mendengar, kepada kulit untuk merasa dan kepada
setiap anggota tubuh lainnya, hati mengalirkan kekuatan untuk menjaga setiap anggota tubuh tersebut. Hati merupakan unsur pembentuk anggota tubuh, alat panca indera dan kekuatan. Oleh sebab itulah, menurut pendapat yang benar hati merupakan anggota tubuh yang pertama kali dibentuk. Tidak diragukan lagi, kekuatan berpikir bersumber dari hati.
Meskipun ada sekelompok orang yang berpendapat bahwa sumbernya adalah akal yang ada di kepala, namun yang benar adalah sumber dan pusatnya adalah di hati sementara cabangnya ada di kepala. Allah telah mengisyaratkan hal tersebut dalam firman-Nya:

óOn=sùr& (#r玍šo„ ’Îû ÇÚö‘F{$# tbqä3tGsù öNçlm; Ò>qè=è% tbqè=É)÷ètƒ !$pkÍ5 ÷rr& ×b#sŒ#uä tbqãèyJó¡o„ $pkÍ5 ( $pk¨XÎ*sù Ÿw ‘yJ÷ès? ㍻|Áö/F{$# `Å3»s9ur ‘yJ÷ès? Ü>qè=à)ø9$# ÓÉL©9$# ’Îû ͑r߉Á9$# ÇÍÏÈ
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengannya mereka dapat memahami?” (al-Hajj : 46)

Dalam ayat lain Allah berfirman :
¨bÎ) ’Îû y7Ï9ºsŒ 3“tò2Ï%s! `yJÏ9 tb%x. ¼çms9 ë=ù=s% ÷rr& ’s+ø9r& yìôJ¡¡9$# uqèdur Ӊ‹Îgx© ÇÌÐÈ

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati.”

Yang dimaksud hati di sini bukanlah gumpalan daging yang dimiliki oleh setiap hewan, mamun yang dimaksud adalah akal pikiran.

Kelompok lainnya berpendapat lain, mereka mengatakan bahwa pusat alat panca indera adalah otak. Mereka mengingkari adanya hubungan antara hati dengan mata, telinga dan hidung melalui urat syaraf dan aliran darah. Mereka mengatakan bahwa pendapat seperti itu merupakan kebohongan yang tidak sesuai dengan anatomi
manusia itu sendiri.

Yang benar adalah pendapat pertengahan antara dua kelompok di atas, yaitu hati merupakan sumber kekuatan bagi alat panca indera tersebut. Kekuatan ini adalah kekuatan maknawi yang tidak butuh urat syaraf tertentu untuk membawanya kepada alat panca indera tersebut. Karena kekuatan tersebut sampai kepada alat panca
indera dan anggota tubuh lainnya hanya bergantung kepada kesiapannya menerima sinyal dari hati. Dan sinyal hati itu tidak akan dialirkan melalui urat syaraf maupun aliran darah. Dengan demikian selesailah segala kerancuan dalam permasalahan yang banyak dibicarakan dan dipersoalkan ini. Wallahu a’lam bish shawab, hanya Allah-lah yang kuasa memberi taufik kepada kebenaran.

Kemudian, seandainya Anda melihat otak dan meneliti komposisinya niscaya Anda akan menyaksikan suatu perkara yang menakjubkan. Anda akan melihat suatu komposisi yang membuat akal terheran. Otak dibungkus oleh selaput-selaput dan penutup yang saling bertumpang tindih untuk menjaganya dari kegoncangan. Kemudian dibungkus
dengan tulang kepala seperti topi baja dan helm yang berfungsi untuk menjaganya dari benturan, kejatuhan dan pukulan.

Pelindung tersebut akan menahannya seperti halnya topi baja melindungi kepala dalam pertempuran. Kemudian tulang tersebut dibungkus dengan kulit untuk melindungi tulang tersebut agar tidak terkena gangguan. Kemudian kulit tersebut dihiasi dengan rambut yang lebat untuk menjaganya dan menutupinya dari cuaca panas dan dingin dan dari berbagai gangguan, dan juga berfungsi sebagai keindahan dan perhiasan. Tanyakanlah kepada ahli ta’thil (para pengingkar sifat Allah) [dan juga orang atheis dan sekuler, pen] : Siapakah yang melindungi otak seperti ini? Dan siapakah yang telah menetapkannya? Dalam ruangan ini (otak) tersimpan berbagai jenis manfaat, kekuatan dan
keajaiban lainnya. Kemudian ruangan ini ditutup dengan rapi dan dijaga sedemikian sempurna. Allah telah menjaganya dengan baik dan menjadikannya sebagai pusat pergerakan alat perasa dan panca indera. Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta.

Kemudian Ibnul Qayyim rahimahullah melanjutkan lagi perkataannya : Tujuan membeberkan hal ini semua
hanyalah untuk mengingatkan tentang adanya hikmah pada penciptaan manusia. Meski sebenarnya hikmah di balik itu terlalu besar untuk diungkap oleh akal dan kata-kata.

Categories: Inspirasi | Tinggalkan komentar

Tips Memberi Nasehat

Tips Memberikan Nasehat
1. Jangan memberi nasehat dengan nada marah. Tapi bukan berarti harus bernyanyi. Biasanya saya sering melihat seseorang menasehati anaknya dengan berbicara seperti ini. “Jangan terlalu sring melamun! Kamu bisa kerasukan!!!” ucapnya dengan nada tinggi dan nyaring. Kemudian orang yang dinasehati menjawab. “Jangan marah donk…!!!”. “Siapa yang marah! Ini nasehat!!!”
Dengan keadaan seperti ini, orang yang diberi nasehat merasa dirinya direndahkan.
2. Jangan memberi nasehat seperti orang yang menggurui atau menuntut seseorang mengikuti nasehatmu dengan dalih kau adalah “atasannya”. Saya biasanya sering mendengar seorang ketika menasehati anaknya. “Kamu harus dengarkan saya karena saya ibu kamu!”. Dengan keadaan ini seorang berpikir bahwa dia adalah anak-anak yang kata-katanya tidak berhak untuk didengarkan. Jika ini terjadi pada bos kepada anak buahnya, maka anak buahnya akan merasa rendah diri dan ia akan berpikir bahwa dia anak buah yang harus selalu menurut kata bosnya.
3. Jangan memberi nasehat kepada orang yang sedang marah besar. Ya…kita pasti sudah tahu apa akibatnya.
4. Jangan memberi nasehat dengan menyalahkannya. Karena ia akan menentang anda seolah-olah ia sedang membela dirinya.
5. Jangan memberi nasehat dengan berpikir bahwa persoalannya itu mudah. Karena ia akan merasa bahwa kita tidak tahu apa-apa tentang persoalannya. Ia akan berkata “Kamu sich gak pernah ngerasain itu! Coba kamu jadi aku, kamu gak akan ngomong gini ma aku. Ngomong itu gampang!”
6. Jangan memberi nasehat dengan menuntut bahwa ia harus mengikuti nasehatmu. Karena ada beberapa sifat seseorang dalam mendengarkan nasehat. Yang pertama, ia akan mendengarkan nasehat dan menundukkan kepala karena merasa bersalah. Yang kedua, ia sangat menentang nasehat dan mengacuhkan nasehat itu. Yang ketiga, ia pura-pura mendengarkan namun tersimpan dendam di hatinya. Yang ke empat, ia akan marah dengan nasehat itu dan merasa dirinya lebih benar dari yang dikatakan dalam nasehat itu, tapi kemudian ketika amarahnya mulai mereda ia mulai memikirkan nasehat itu dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. Nah yang ke empat ini yang perlu kita harus hati-hati. Karena jika kita menuntut nasehat kita untuk dituruti, maka ia takkan pernah mengikuti nasehat itu selamanya karena merasa gengsi.
7. Yang paling penting bahwa dalam memberikan nasehat, kita harus seperti yang kita nasehatkan. Jangan pernah memberi nasehat yang tak pernah kita amalkan. Karena orang yang dinasehati akan mengatakan “Sendirinya………”. karena orang lain yang di sekitar kita lebih “mengenal” kita daripada diri kita sendiri.
Kenapa saya memberika tips ini? karena saya termasuk orang yang selalu dinasehati … ^_^

Categories: Inspirasi | Tinggalkan komentar

Petani tentang Guru

Suatu hari aku ikut ayahku ke sekolah tempat ia mengajar. Tempatnya agak jauh dari rumahku, yaitu di lereng gunung. di sana aku melihat seorang petani mengantarkan anaknya untuk sekolah di sana dengan mengendarai sepeda. begitu optimisnya petani itu menyekolahkan anaknya.

Apabila musim panen tiba, para wali murid ayahku berdatangan ke rumahku untuk memberikan hasil panennya pada ayahku. Mereka tidak sedang menyuap ayahku. Mereka memberikannya sebagai ucapan terima kasih.  Betapa berharganya jasa seorang guru bagi mereka.

Aku belum pernah mendengar petani menginginkan anaknya bekerja sepertinya nanti. Justru ia tidak ingin anaknya seperti dia. anaknya harus lebih baik darinya.

Petani, aku bukan terlahir dari golonganmu. tapi apa yang kumakan tiap hari adalah jerih payahmu.

Categories: Inspirasi | Tag: | Tinggalkan komentar

ARTI AURORA BAGI KUTUB SELATAN

Sesuatu yang datang dengan keindahannya bukan datang tiba-tiba. Ia ada penciptaNya dan ia ada untuk penciptaNya. Seperti aurora… peristiwa yang disebabkan oleh partikel matahari yang mencapai bagian sangat tinggi dari atmosfer.
Peristiwa itu bukan unsur yang tidak disengaja. Itu keindahan yang disengaja. Bagaimana kutub selatan yang beku, gelap, dan sunyi…tak ada tanda kehidupan manusia… di sanalah cahaya selatan itu muncul. Menerangi kebekuan itu.
Mampukah kita belajar dari cahaya itu? Aurora diciptakan seolah-olah dengan ketidak-sengajaan. Ia muncul di suatu tempat yang gelap, dan tidak berarti. Namun ia lah yang membuat kutub tersebut penuh warna dan indah. Binatang-binatang yang bisa hidup di sana merasakan rahasia Illahi yang begitu nyata di hadapan mereka.
Ya…kita manusia yang ketika merasa terhina berprasangka buruk terhadap Tuhan. Mengapa aku diciptakan dengan penderitaan yang tiada akhir? Mengapa aku diciptakan di keluarga seperti ini? Mengapa aku diciptakan dengan kesalahan ini?? Bayangkan jika aurora diciptakan di Amerika Serikat atau di Jepang. Kota sibuk yang tak peduli dengan langit yang indah. Atau mungkin mereka akan membuat sesuatu yang bisa memancarkan sinar yang lebih indah dari aurora itu. Tidak usah jauh-jauh dengan aurora…pernahkah kita peduli pada rembulan yang bersinar siang hari?? Bukankah kita selalu memujanya jika kita melihatnya pada malam hari?? Hm…cahaya akan lebih berarti jika ia berada dalam kegelapan.
Kehidupan ini kita yang mengendalikan. Namun bukan untuk menjadi manusia yang egois di muka bumi. Mengendalikan di sini berarti juga mengendalikan diri. Mengendalikan diri untuk menjadi pemimpin yang bijaksana untuk memilih manakah yang baik untuk diri kita dan untuk orang lain. Maukah kau menjadi aurora untuk Kutub Selatannya? Jangan tanyakan dirimu mampukah atau tidak, tapi yakinkan dirimu bahwa kau mampu!

Categories: Inspirasi | Tag: | Tinggalkan komentar

Selama Bumi Masih di Tangan Kita

“Ah… lelahnya hari ini!!” seru  Rizal putra pak Imam yang merebahkan tubuhnya ke sebuah pohon yang besar seraya mengipasi badannya dengan handuk di lehernya.

“Ya…begini nih nak kerjaan petani!” ucap pak Nazier tetangga pak Imam yang juga sedang istirahat setelah berapa lamanya mencangkul.

“Pak!! Istirahat dulu, nih ibu sudah siapkan makanan!” seru Rizal pada ayahnya yang sedang asyik mencangkul sawahnya.

“Bapakmu tuh rajin banget kalo disuruh nyangkul! Padahal hasilnya juga gak kan berkembang!” ujar pak Sholeh.

“Ya, tapi dengan hasil ini saya bisa sekolah, pak!” jawab Rizal seraya membuka bungkusan nasi yang tadi telah dibekalkan oleh ibunya.

Pak Imam kemudian datang menghampiri mereka seraya tersenyum puas.

“Capek kamu, nak?” ujarnya seraya menepuk bahu Rizal.

“Ah, biasa!” ucap Rizal.

“Kamu eman-eman Rizal, punya kesempatan sekolah sarjana, malah ambil petani juga! Nilai kamu kan bagus? Apalagi sekolah di sekolah favorit!” ujar pak Sholeh lagi.

“Ya, mau gimana lagi, hati saya udah di pertanian!”

“Ah, ditanamkan dari bapak kamu tuh yang ulet sama kerjaan taninya!” ledek pak Nazier.

Pak Imam hanya tersenyum.

“Memangnya dari kecil kamu udah cita-cita mau jadi petani kayak bapakmu?” tanya pak Nazier seraya memakan nasi bungkusnya.

“Sebenernya saya pengen sekolah di ITB jurusan Astronomi, tapi gak ada biaya.” Jawab Imam tenang.

“Apa itu Astronomi? Terrus kenapa malah milih jadi petani!” tanya pak Sholeh.

“Astronomi itu kan ilmu tentang langit, sedangkan  Agronomi itu ilmu tentang bumi. Astronomi tentang mimpi sedangkan Agronomi tentang kenyataan yang harus dijalani!” ucap Rizal seraya berlaga layaknya pujangga di atas panggung.

“Alah, nih bocah ngeluarin jurusnya. Tapi bagus juga! Gitu donk, dukung kita!!” seru pak Nazier.

“Terus, kapan majunya keluarga kamu, kalo semua keturunannya petani?” ledek pak Sholeh.

“Rizal ini sekolah Agribis, bukan petani!” ujar Pak Imam.

“Sama aja, gak jauh sama cangkul saya!” ledek pak Sholeh lagi.

Pak Nazier dan pak Imam tersenyum mendengar ledekan pak Sholeh seraya menikmati hidangan makan siang.

“Nah, itu dia! Saya Insya Allah akan menjadi sarjana Agribis yang membantu petani supaya maju!” Rizal membela diri.

“Ha…ha…ha…! Imam, kamu ajarkan apa anakmu ini? Pintar bicara!” ujar pak Nazier.

Pak Imam hanya mengangguk dan tersenyum mendengar gaya bicara putranya itu.

“Alah…sudah berpuluh-puluh tahun ada sekolah Agribisnis, mana hasilnya???? Toh, petani urusannya sama tanah doank!! Duit?? Kalau dateng musimnya!!!!” ledek pak Sholeh makin jadi.

“Kamu jangan patahin semangat pemuda seperti dia. Kalo niatnya baik, hasilnya pasti baik juga, Insya Allah.” Ujar pak Nazier.

“A..min,” ucap Rizal.

“Maju tidaknya petani bukan hanya tergantung orang lain, pak. Tapi petaninya juga. Kita jadi petani bukan hanya untuk makan sehari-hari kita saja, tapi makan untuk seluruh kalangan masyarakat. Kalau bukan petani, lah siapa lagi?” pak Imam mulai angkat bicara.

“Bapak gak lihat? Gedung sekarang bukan hanya tinggi, tapi luas dan lebar! Kemana nantinya sawah kita? Apa harus kita mencangkul di atas gedung?? Bapak tahu? Setan sekarang banyak yang menghuni gedung tertinggi, gak mau kalah dia! Kenapa? Karena udah gak ada pohon lagi! Lahan kita sudah semakin sempit!” ujar pak Sholeh.

“Itu dia cobaan kita. Bagaimana kita sebagai petani harus bisa tetap maju dengan keadaan seperti itu.” ucap pak Nazier dengan berlaga layaknya orang besar yang berkuasa.

“Jangan hanya menunggu kabar angin doank dari berita-berita sekarang!” pak Imam menambahkan.

“Ya… kenapa harus kita? Pemerintah tuh yang terrus mendanai mereka-mereka yang mau bangun gedhong! Bagi mereka sih, dengan gedung tinggi itu maju, tapi bagi kita, itu suatu kemunduran yang nyata!” ujar pak Sholeh lagi kali ini ia berlaga layaknya dukun yang sedang mengingatkan pasiennya.

“Ini nih, kalau masalah kritik pak Sholeh, saya nyerah deh!” kata pak Imam.

“Ya… Selama bumi masih di tangan kita, harapan itu akan tetap ada, pak. Bukankah alam sahabat petani???” ujar Rizal seraya tersenyum menampakkan lesung pipinya.

Sejenak kemudian pak Sholeh tersenyum, dan ketegangan itu pun reda. Yang lain pun ikut tersenyum seraya menikmati makan siang yang penuh rasa syukur karena alam masih berada di pihak mereka. Ya… selama bumi masih di tangan kita, disanalah tanggung jawab kita. Dan usaha kita takkan pernah sia-sia selama harapan itu masih ada. Wahai petani penjaga kestabilan alam.

Karya: Sendy Ralistiya

Categories: Inspirasi | Tag: | Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Informasi Herbal

Kumpulan Tanaman Obat di Indonesia

Ilmu Statistik & Analisis Data

Media Berbagi Pengetahuan & Pengalaman Statistik

GO ORGANIC

Just another WordPress.com weblog

Taufik Akbar Bakri

Don't Worry Be Happy | "Dan Allah bersamamu di manapun kamu berada"

Sendy Ralistiya

Mimpi dalam Dunia Maya